Senin, 30 Mei 2011

Kebijakan Perdagangan Internasional

 Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Ada beberapa kendala dalam perdagangan internasional, antara lain :
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-barang tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batas-batas wilayah yang dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan pemerintah.
3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb.
4. Sumber daya alam yang berbeda.
• Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan ini menghendaki perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun dari pemerintah, baik hambatan tariff maupun hambatan kuota.
• Kebijakan proteksi
Ada dua alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu melindungi perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing yang tidak adil, dan melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry). Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang masih tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar). Proteksi bertujuan untuk melindungi industri domestik yang sedang berada dalam tahap perkembangan. Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik untuk belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya utnuk memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Jika suatu saat industri domestik dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing dengan industri asing, maka proteksi akan dicabut.
Ada banyak hambatan yang digunakan sebagai instrument kebijakan proteksionis. Hambata itu bertujuan utnuk melindungi industri dalam negeri terhadap persaingan luar negeri. Bentuk hambatan proteksionis dalam perdagangan luar negeri tersebut, yaitu:
1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling umum adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea impor adalah membatasi permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya, semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Perbedaan utama antara tarif dan proteksi lainnya adalah bahwa tarif memberikan pemasuka kepada pemerintah sedangkan kuota tidak.
2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor.
Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan-serbuan luar negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importir.
a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir.
a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produksi di dalam negeri berkurang.
3. Dumping dan Diskriminasi harga
Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yaitu menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Kebijakan ini hanya berlaku sementara, haraga produk akan dinaikkan sesuai dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar internasional. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
4 Subsidi
Kebijakan subsidi biasanya diberika untuk menurunkan biaya produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
5 Larangan impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan ekonomi.
Sumber : wikipedia
               Wartawarga.gunadarma

MEKANISME PERTANIAN

Jakarta - Sistem pertanian di Indonesia mengarah pada liberalisasi masyarakat pedesaan. Harga yang dibayar dari sistem ini adalah makin tingginya angka penduduk miskin. "Kekurangan pangan dalam spektrum yang luas, tidak jauh berbeda dengan sistem tanam paksa yang pernah diterapkan penjajah," kata Ketua Aliansi Pertanian Indonesia Muhammad Nusridin saat peluncuran buku 'Right to Food From Justicidialty to Agrarian Reform' di Hotel Bintang, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Kamis (12/4/2003). Dia melihat perubahan sistem pertanian di Indonesia hanya semangatnya saja yang bertujuan untuk menyejahterakan petani. "Cuma semangatnya saja. Sistemnya tidak berubah, masih mengadopsi penjajah," tuturnya. Ketua PBHI Jhonson Pandjaitan mengatakan, persoalan tanah dan lahan pertanian di Indonesia akan berhasil jika dilakukan reformasi agraria. "Perlawanan harus terus kita lakukan untuk melawan kesewenang-wenangan negara atas hak tanah rakyat," kata Jhonson. Jhonson menilai, persoalan pangan di Indonesia bukan seutuhnya karena persoalan alam. Tapi persoalan ini tidak terlepas dari masalah struktural dan kultural masyarakat. Arimbi Heru Putri dari Komisioner Komnas Perempuan melihat, pembangunan agraria saat ini telah dimanipulir oleh pemerintah dengan cara membagi-bagikan tanah. "Asal muasal tak jelas . Kerap tanah yang semula dimiliki petani tahu-tahu dimiliki pemilik modal," cetus Arimbi. (mar/sss)

Sumber : detik finance
              

TRANSFORMASI INDUSTRI TELEKOMUNIKASI

Masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan tawaran produk dan industri telekomunikasi yang itu-itu saja. Hampir semua provider menghadirkan layanan yang serupa, mulai dan voice, sms, layanan data, mng dan lainnya. Padahal masyarakat membutuhkan layanan lain yang lebih inovatif.
Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atmosutamo, mengungkapkan, industri telekomunikasi, khususnya Information and communication technologies (ICT) di Indonesia telah berubah. Semua akan mentransfor-masikan din untuk melayani seefektif mungkin mencari solusi, mencari pelanggan baru yang berbasis broadband dan data internet.
"Telekomunikasi tanpa bisa mentranformasikan ke arah broadband base services, maka dia akan menghadapi keadaan yang tidak aman untuk bertahan." jelasnya dalam acara peluncuran Business Connect di Jakarta pekan lalu.
Salah satu kesempatan industri telekomunikasi untuk mengembangkan inovasinya adalah melalui penyediaan, multiple sim card. Itu karena, menurutnya, akan memberi kesempatan lebih besar dan memberi optimisme kepada industri telekomunkasi untuk memasuki babak baru, yaitu babak pelayanan broadband base service (BBS).
Pada era BBS mi segmentasi pasar tidak lagi menjadi mass market, namun akan fokus pada spesific mar-ket. Karena Indonesia tidak seperti Singapura yang hanya satu pulau, maka komunitas dan segmentasinya jauh lebih luas. "Kita harus mengetahui betul apa spe-Sffik tuntutan, spesifik permintaan di suatu daerah dan spesifik di komunitas, tuturnya.
Kalau telekomunikasi gagal mentransformasikan dirinya ke sana, lanjutnya, industn itu akan rapuh. Menurut Sarwoto pada capital market (pasar modal) yang ditutup tahun lalu Indonesia termasuk yang sangat memiliki harapan di bursa efek. "Pasar modal bertumbuh 46 persen, tapi telekomunikasi bahkan diam di tempat. ungkapnya. Oleh karena itu. imbuhnya, Telkomsel sebagai provider terbesar dan memimpin mobile provider di Indonesia, mulai di bulan Januan ini mempunyai inisiatif yang berhubungan dengan bisnis baru.
"Kali ini kami menghadirkan suatu servis baru berupa aplikasi yang kita tujukan spesifik kepada segmen enterpnse (perusahaan) yakni layanan Business Connect, ujarnya.
Business Connect (BC) adalah solusi konektivitas bisnis berbasis web untuk mengoperasikan email.instant messaging, kalender, office operation tools. dan document shanng secara lebih produktif. Ini adalah suatu aplikasi yang memanfaatkan Google Application (Google Apps) sebagai solusi bisnis bagi pelanggan korporat yang didukung jaringan mobile broadband terluas dan berkualitas Telkomsel.
Solus BC menyediakan kapasitas penyimpanan email 50 kali lebih besar dibanding tnbox biasa, penya-nngan spam tenntegrasi, translasi ke lebih dan 40 bahasa, pencarian, dan layanan instant messaging dalam bentuk voice dan video chat terintegrasi.
Fitur menarik lainnya adalah document sharing memungkinkan pengguna di lokasi berbeda melihat dan mengedit berbagai jenis file bersamaan. Fitur im menyediakan mteroperabilitas beragam format file, seperti dokumen, presentasi, formulir, maupun spreadsheet dengan kolaborasi real time dan kontrol akses dalam dan luar domain.
"Business Connect menyediakan solusi yang ter integrasi untuk menunjang aktivitas bisnis pelanggan korporat secara mobile. Kami berharap pelanggan korporat mampu memaksimalkan beragam aplikasi layanan berkelas dunia dalam Google Apps untuk mengoptn malkan performasi perusahaannya secara lebih efektif dan efisien." ujarnya.
Sumber : http://bataviase.co.id/node/538590

PREDIKSI PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA 2011

“Jangan Terlalu Terlenah Dengan Angka-Angka Ekonomi Makro, Tapi Perhatikan Sifat Dari Angka-Angka Ekonomi Makro Tersebut.” – Djajendra
Indikator perekonomian Indonesia di akhir tahun 2010 ini memperlihatkan tanda-tanda positif. Cadangan devisa sudah mencapai angka sekitar 93 miliar dollar AS. Indeks saham BEI sudah mencapai angka di atas 3600. Rupiah cukup kuat bergerak di sekitar Rp 8900 -9100/USD. Ketiga hal di atas tersebut menguat disebabkan oleh aliran modal asing ke Indonesia yang sangat luar biasa, khususnya ke pasar modal dan pasar uang. Termasuk, naiknya harga-harga komoditas dasar di pasar global membuat perekonomian Indonesia semakin membaik. Di samping itu, gaya pemerintahan sekarang yang sangat pro pasar bebas, sehingga para investor asing merasa sangat nyaman berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus, dan di tahun 2011 perekonomian Indonesia akan semakin membaik.
Menjelang awal tahun baru 1992, berbagai ramalan tentang kondisi ekonomi Indonesia pada masa mendatang menarik perhatian khalayak ramai. Namun, di sisi lain, orang awam malah bingung dengan beberapa ramalan ekonom tersebut. Doktor Sadli mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 1991 mencapai 6%. Sedangkan Dr. Syahrir menyebutkan 5,8%, angka yang lebih pesimistis dari Sadli. Hal demikian memang bisa saja terjadi karena setiap ahli ekonomi mempunyai asumsi-asumsi tertentu. Yang paling unik dan menarik adalah pendapat Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Dalam rapat anggota Induk Koperasi Pegawai Negeri, belum lama, ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia pada 1991 sampai 1992 akan sulit. Namun, Sumitro optimistis, ekonomi Indonesia akan bangkit pada 1993 nanti. Oleh Sumitro, ramalan itu didasarkan pada "teori kongjungtur" atau siklus ekonomi Juglar. Dengan menggunakan teori itu, maka ekonomi Indonesia, yang mengalami pertumbuhan yang tinggi pada 1988-1990, akan mengalami penurunan pertumbuhan pada 1992 dan semester I tahun 1993. Tapi, pada pertengahan 1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bangkit kembali. Ada beberapa teori siklus ekonomi yang terbaca dalam literatur-literatur ekonomi, yaitu siklus ekonomi yang diciptakan Juglar (1889), termasuk dalam siklus ekonomi jangka menengah, yaitu 711 tahun. Masih ada dua jenis siklus ekonomi lagi, yakni ciptaan Kitchen (1923), yang merupakan siklus jangka pendek 34 tahun, dan siklus ekonomi ciptaan Kondratief (1926), yang merupakan siklus ekonomi jangka panjang atau rata-rata 20 tahun. Di sini muncul pertanyaan, apakah menurut pengalaman sejarah, ekonomi Indonesia mengikuti siklus Juglar, bukan siklus Kitchen, atau Kondratief? Nah, kalau pola siklus Juglar yang berlaku bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mungkinkah pola yang sama akan terulang pada masa depan? Agaknya, substansi pola siklus Juglar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia itu pantas dikaji lebih lanjut oleh para pakar ekonomi Indonesia. Seorang ekonom "neo-klasik" sejati akan selalu optimistis terhadap masa depan. Aliran "neo-klasik" selalu optimistis terhadap perekonomian. Sebab, setiap arah penurunan kegiatan ekonomi akan selalu ada yang mampu mengangkatnya kembali dengan berbagai inovasi. Ramalan Dr. Sumitro, tentang bangkitnya kembali ekonomi Lndonesia pada pertengarhan 1993, ce~ndrung membawa dampak psikorogis sosial yang positif: menenangkan masyarakat yang sedang cemas karena berbagai berita tentang kesulitan ekonomi Indonesia saat ini. Namun, di sisi lain, yang lebih penting dan berarti bagi seluruh masyarakat adalah kebijakan Pemerintah dalam menstabilkan perekonomian nasional. SETIABUDI Jalan Penjalu 2 Kediri -- 64121 Jawa Timur
Sumber : kecerdasanmotivasi.wordpress.com
                Tempo online

Minggu, 22 Mei 2011

Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan

Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Ketimpangan Pendapatan
Persoalan ketimpangan sesungguhnya justru muncul pada titik ini, yakni kesepakatan bahwa sektor industri merupakan basis pertumbuhan ekonomi dan dengan begitu harus didukung sepenuhnya dengan mengabaikan sektor lainnya. Dalam konteks ini sektor industri didinamisir untuk memproduksi secara efisien dan produktif sehingga bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, sektor lainnya - karena relatif diabaikan - tetap dalam kondisi yang stagnan. Keyakinan bahwa sektor industri merupakan mesin yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal dapat dipahami, tetapi dalam dosis tertentu bisa pula dianggap berlebihan. Dipahami dalam pengertian bahwa sektor industri selalu memproduksi barang dan jasa setelah melalui proses pengolahan (manufacturing) sehingga dapat meningkatkan nilai produk dan menjadi sumber pendapatan nasional. Tetapi bisa dianggap berlebihan apabila timbul keyakinan sektor industri tersebut dapat tumbuh tanpa dukungan sektor lainnya, khususnya bagi sebuah negara yang memiliki endowment factor di sektor pertanian.
Lepas dari argumentasi tersebut, akibat dukungan pemerintah terhadap sektor industri yang berlebihan, muncul perbedaan efisiensi dan produktivitas antara sektor industri dan sektor lainnya (misalnya sektor pertanian) sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan sektoral, yang dalam penilaian mikro sekaligus juga menunjukkan ketimpangan pendapatan antara pelaku ekonomi yang bekerja di sektor industri dan pelaku ekonomi yang bekerja di sektor pertanian. Dalam tahap awal pembangunan, seringkali dijumpai fakta terjadinya ketimpangan tinggi antara sektor industri dan sektor lainnya, dan setelah itu ketimpangan akan menurun pada level pembangunan berikutnya. Menurunnya ketimpangan tersebut bukan diakibatkan oleh meningkatnya efisiensi dan produktivitas di sektor lain, tetapi karena merosotnya kinerja sektor industri akibat tidak bertumpu pada sektor basis. Fakta ini banyak dijumpai di negara-negara berkembang yang memprioritaskan sektor industri sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi dan menihilkan sektor basis pada saat memulai proses pembangunan.
Ketimpangan pendapatan juga bisa diperiksa dari sisi lain, bahwa ketika industrialisasi dijalankan, faktor produksi yang paling berkuasa adalah modal, lebih-lebih jika hal ini direlasikan dengan negara yang memakai sistem kapitalis. Modal merupakan instrumen penting yang dianggap bisa menggerakkan investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Akibat dominasi modal dibandingkan faktor produksi yang lain, setiap tetes penghasilan ekonomi yang diperoleh dari proses produksi sebagian besar akan jatuh pada pemilik modal secara tidak proporsional. Pendeknya, jika keuntungan suatu perusahaan meningkat dalam kurun waktu tertentu, peningkatan laba tersebut hampir seluruhnya jatuh ke pemilik modal, sedangkan pemilik tanah tetap menikmati sewa seperti masa sebelumnya dan tenaga kerja juga harus menerima upah seperti sediakala ketika keuntungan belum meningkat.

Sumber : wikipedia
                http://els.bappenas.go.id/upload/other/Ketimpangan%20Pendapatan.htm