Senin, 30 Mei 2011

MEKANISME PERTANIAN

Jakarta - Sistem pertanian di Indonesia mengarah pada liberalisasi masyarakat pedesaan. Harga yang dibayar dari sistem ini adalah makin tingginya angka penduduk miskin. "Kekurangan pangan dalam spektrum yang luas, tidak jauh berbeda dengan sistem tanam paksa yang pernah diterapkan penjajah," kata Ketua Aliansi Pertanian Indonesia Muhammad Nusridin saat peluncuran buku 'Right to Food From Justicidialty to Agrarian Reform' di Hotel Bintang, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Kamis (12/4/2003). Dia melihat perubahan sistem pertanian di Indonesia hanya semangatnya saja yang bertujuan untuk menyejahterakan petani. "Cuma semangatnya saja. Sistemnya tidak berubah, masih mengadopsi penjajah," tuturnya. Ketua PBHI Jhonson Pandjaitan mengatakan, persoalan tanah dan lahan pertanian di Indonesia akan berhasil jika dilakukan reformasi agraria. "Perlawanan harus terus kita lakukan untuk melawan kesewenang-wenangan negara atas hak tanah rakyat," kata Jhonson. Jhonson menilai, persoalan pangan di Indonesia bukan seutuhnya karena persoalan alam. Tapi persoalan ini tidak terlepas dari masalah struktural dan kultural masyarakat. Arimbi Heru Putri dari Komisioner Komnas Perempuan melihat, pembangunan agraria saat ini telah dimanipulir oleh pemerintah dengan cara membagi-bagikan tanah. "Asal muasal tak jelas . Kerap tanah yang semula dimiliki petani tahu-tahu dimiliki pemilik modal," cetus Arimbi. (mar/sss)

Sumber : detik finance
              

TRANSFORMASI INDUSTRI TELEKOMUNIKASI

Masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan tawaran produk dan industri telekomunikasi yang itu-itu saja. Hampir semua provider menghadirkan layanan yang serupa, mulai dan voice, sms, layanan data, mng dan lainnya. Padahal masyarakat membutuhkan layanan lain yang lebih inovatif.
Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atmosutamo, mengungkapkan, industri telekomunikasi, khususnya Information and communication technologies (ICT) di Indonesia telah berubah. Semua akan mentransfor-masikan din untuk melayani seefektif mungkin mencari solusi, mencari pelanggan baru yang berbasis broadband dan data internet.
"Telekomunikasi tanpa bisa mentranformasikan ke arah broadband base services, maka dia akan menghadapi keadaan yang tidak aman untuk bertahan." jelasnya dalam acara peluncuran Business Connect di Jakarta pekan lalu.
Salah satu kesempatan industri telekomunikasi untuk mengembangkan inovasinya adalah melalui penyediaan, multiple sim card. Itu karena, menurutnya, akan memberi kesempatan lebih besar dan memberi optimisme kepada industri telekomunkasi untuk memasuki babak baru, yaitu babak pelayanan broadband base service (BBS).
Pada era BBS mi segmentasi pasar tidak lagi menjadi mass market, namun akan fokus pada spesific mar-ket. Karena Indonesia tidak seperti Singapura yang hanya satu pulau, maka komunitas dan segmentasinya jauh lebih luas. "Kita harus mengetahui betul apa spe-Sffik tuntutan, spesifik permintaan di suatu daerah dan spesifik di komunitas, tuturnya.
Kalau telekomunikasi gagal mentransformasikan dirinya ke sana, lanjutnya, industn itu akan rapuh. Menurut Sarwoto pada capital market (pasar modal) yang ditutup tahun lalu Indonesia termasuk yang sangat memiliki harapan di bursa efek. "Pasar modal bertumbuh 46 persen, tapi telekomunikasi bahkan diam di tempat. ungkapnya. Oleh karena itu. imbuhnya, Telkomsel sebagai provider terbesar dan memimpin mobile provider di Indonesia, mulai di bulan Januan ini mempunyai inisiatif yang berhubungan dengan bisnis baru.
"Kali ini kami menghadirkan suatu servis baru berupa aplikasi yang kita tujukan spesifik kepada segmen enterpnse (perusahaan) yakni layanan Business Connect, ujarnya.
Business Connect (BC) adalah solusi konektivitas bisnis berbasis web untuk mengoperasikan email.instant messaging, kalender, office operation tools. dan document shanng secara lebih produktif. Ini adalah suatu aplikasi yang memanfaatkan Google Application (Google Apps) sebagai solusi bisnis bagi pelanggan korporat yang didukung jaringan mobile broadband terluas dan berkualitas Telkomsel.
Solus BC menyediakan kapasitas penyimpanan email 50 kali lebih besar dibanding tnbox biasa, penya-nngan spam tenntegrasi, translasi ke lebih dan 40 bahasa, pencarian, dan layanan instant messaging dalam bentuk voice dan video chat terintegrasi.
Fitur menarik lainnya adalah document sharing memungkinkan pengguna di lokasi berbeda melihat dan mengedit berbagai jenis file bersamaan. Fitur im menyediakan mteroperabilitas beragam format file, seperti dokumen, presentasi, formulir, maupun spreadsheet dengan kolaborasi real time dan kontrol akses dalam dan luar domain.
"Business Connect menyediakan solusi yang ter integrasi untuk menunjang aktivitas bisnis pelanggan korporat secara mobile. Kami berharap pelanggan korporat mampu memaksimalkan beragam aplikasi layanan berkelas dunia dalam Google Apps untuk mengoptn malkan performasi perusahaannya secara lebih efektif dan efisien." ujarnya.
Sumber : http://bataviase.co.id/node/538590

PREDIKSI PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA 2011

“Jangan Terlalu Terlenah Dengan Angka-Angka Ekonomi Makro, Tapi Perhatikan Sifat Dari Angka-Angka Ekonomi Makro Tersebut.” – Djajendra
Indikator perekonomian Indonesia di akhir tahun 2010 ini memperlihatkan tanda-tanda positif. Cadangan devisa sudah mencapai angka sekitar 93 miliar dollar AS. Indeks saham BEI sudah mencapai angka di atas 3600. Rupiah cukup kuat bergerak di sekitar Rp 8900 -9100/USD. Ketiga hal di atas tersebut menguat disebabkan oleh aliran modal asing ke Indonesia yang sangat luar biasa, khususnya ke pasar modal dan pasar uang. Termasuk, naiknya harga-harga komoditas dasar di pasar global membuat perekonomian Indonesia semakin membaik. Di samping itu, gaya pemerintahan sekarang yang sangat pro pasar bebas, sehingga para investor asing merasa sangat nyaman berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus, dan di tahun 2011 perekonomian Indonesia akan semakin membaik.
Menjelang awal tahun baru 1992, berbagai ramalan tentang kondisi ekonomi Indonesia pada masa mendatang menarik perhatian khalayak ramai. Namun, di sisi lain, orang awam malah bingung dengan beberapa ramalan ekonom tersebut. Doktor Sadli mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 1991 mencapai 6%. Sedangkan Dr. Syahrir menyebutkan 5,8%, angka yang lebih pesimistis dari Sadli. Hal demikian memang bisa saja terjadi karena setiap ahli ekonomi mempunyai asumsi-asumsi tertentu. Yang paling unik dan menarik adalah pendapat Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Dalam rapat anggota Induk Koperasi Pegawai Negeri, belum lama, ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia pada 1991 sampai 1992 akan sulit. Namun, Sumitro optimistis, ekonomi Indonesia akan bangkit pada 1993 nanti. Oleh Sumitro, ramalan itu didasarkan pada "teori kongjungtur" atau siklus ekonomi Juglar. Dengan menggunakan teori itu, maka ekonomi Indonesia, yang mengalami pertumbuhan yang tinggi pada 1988-1990, akan mengalami penurunan pertumbuhan pada 1992 dan semester I tahun 1993. Tapi, pada pertengahan 1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bangkit kembali. Ada beberapa teori siklus ekonomi yang terbaca dalam literatur-literatur ekonomi, yaitu siklus ekonomi yang diciptakan Juglar (1889), termasuk dalam siklus ekonomi jangka menengah, yaitu 711 tahun. Masih ada dua jenis siklus ekonomi lagi, yakni ciptaan Kitchen (1923), yang merupakan siklus jangka pendek 34 tahun, dan siklus ekonomi ciptaan Kondratief (1926), yang merupakan siklus ekonomi jangka panjang atau rata-rata 20 tahun. Di sini muncul pertanyaan, apakah menurut pengalaman sejarah, ekonomi Indonesia mengikuti siklus Juglar, bukan siklus Kitchen, atau Kondratief? Nah, kalau pola siklus Juglar yang berlaku bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mungkinkah pola yang sama akan terulang pada masa depan? Agaknya, substansi pola siklus Juglar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia itu pantas dikaji lebih lanjut oleh para pakar ekonomi Indonesia. Seorang ekonom "neo-klasik" sejati akan selalu optimistis terhadap masa depan. Aliran "neo-klasik" selalu optimistis terhadap perekonomian. Sebab, setiap arah penurunan kegiatan ekonomi akan selalu ada yang mampu mengangkatnya kembali dengan berbagai inovasi. Ramalan Dr. Sumitro, tentang bangkitnya kembali ekonomi Lndonesia pada pertengarhan 1993, ce~ndrung membawa dampak psikorogis sosial yang positif: menenangkan masyarakat yang sedang cemas karena berbagai berita tentang kesulitan ekonomi Indonesia saat ini. Namun, di sisi lain, yang lebih penting dan berarti bagi seluruh masyarakat adalah kebijakan Pemerintah dalam menstabilkan perekonomian nasional. SETIABUDI Jalan Penjalu 2 Kediri -- 64121 Jawa Timur
Sumber : kecerdasanmotivasi.wordpress.com
                Tempo online

Minggu, 22 Mei 2011

Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan

Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Ketimpangan Pendapatan
Persoalan ketimpangan sesungguhnya justru muncul pada titik ini, yakni kesepakatan bahwa sektor industri merupakan basis pertumbuhan ekonomi dan dengan begitu harus didukung sepenuhnya dengan mengabaikan sektor lainnya. Dalam konteks ini sektor industri didinamisir untuk memproduksi secara efisien dan produktif sehingga bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, sektor lainnya - karena relatif diabaikan - tetap dalam kondisi yang stagnan. Keyakinan bahwa sektor industri merupakan mesin yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal dapat dipahami, tetapi dalam dosis tertentu bisa pula dianggap berlebihan. Dipahami dalam pengertian bahwa sektor industri selalu memproduksi barang dan jasa setelah melalui proses pengolahan (manufacturing) sehingga dapat meningkatkan nilai produk dan menjadi sumber pendapatan nasional. Tetapi bisa dianggap berlebihan apabila timbul keyakinan sektor industri tersebut dapat tumbuh tanpa dukungan sektor lainnya, khususnya bagi sebuah negara yang memiliki endowment factor di sektor pertanian.
Lepas dari argumentasi tersebut, akibat dukungan pemerintah terhadap sektor industri yang berlebihan, muncul perbedaan efisiensi dan produktivitas antara sektor industri dan sektor lainnya (misalnya sektor pertanian) sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan sektoral, yang dalam penilaian mikro sekaligus juga menunjukkan ketimpangan pendapatan antara pelaku ekonomi yang bekerja di sektor industri dan pelaku ekonomi yang bekerja di sektor pertanian. Dalam tahap awal pembangunan, seringkali dijumpai fakta terjadinya ketimpangan tinggi antara sektor industri dan sektor lainnya, dan setelah itu ketimpangan akan menurun pada level pembangunan berikutnya. Menurunnya ketimpangan tersebut bukan diakibatkan oleh meningkatnya efisiensi dan produktivitas di sektor lain, tetapi karena merosotnya kinerja sektor industri akibat tidak bertumpu pada sektor basis. Fakta ini banyak dijumpai di negara-negara berkembang yang memprioritaskan sektor industri sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi dan menihilkan sektor basis pada saat memulai proses pembangunan.
Ketimpangan pendapatan juga bisa diperiksa dari sisi lain, bahwa ketika industrialisasi dijalankan, faktor produksi yang paling berkuasa adalah modal, lebih-lebih jika hal ini direlasikan dengan negara yang memakai sistem kapitalis. Modal merupakan instrumen penting yang dianggap bisa menggerakkan investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Akibat dominasi modal dibandingkan faktor produksi yang lain, setiap tetes penghasilan ekonomi yang diperoleh dari proses produksi sebagian besar akan jatuh pada pemilik modal secara tidak proporsional. Pendeknya, jika keuntungan suatu perusahaan meningkat dalam kurun waktu tertentu, peningkatan laba tersebut hampir seluruhnya jatuh ke pemilik modal, sedangkan pemilik tanah tetap menikmati sewa seperti masa sebelumnya dan tenaga kerja juga harus menerima upah seperti sediakala ketika keuntungan belum meningkat.

Sumber : wikipedia
                http://els.bappenas.go.id/upload/other/Ketimpangan%20Pendapatan.htm

Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jenis dan Macam Pengangguran
·         Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
·         Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian
·         Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran