“Jangan Terlalu Terlenah Dengan Angka-Angka Ekonomi Makro, Tapi Perhatikan Sifat Dari Angka-Angka Ekonomi Makro Tersebut.” – Djajendra
Indikator perekonomian Indonesia di akhir tahun 2010 ini memperlihatkan tanda-tanda positif. Cadangan devisa sudah mencapai angka sekitar 93 miliar dollar AS. Indeks saham BEI sudah mencapai angka di atas 3600. Rupiah cukup kuat bergerak di sekitar Rp 8900 -9100/USD. Ketiga hal di atas tersebut menguat disebabkan oleh aliran modal asing ke Indonesia yang sangat luar biasa, khususnya ke pasar modal dan pasar uang. Termasuk, naiknya harga-harga komoditas dasar di pasar global membuat perekonomian Indonesia semakin membaik. Di samping itu, gaya pemerintahan sekarang yang sangat pro pasar bebas, sehingga para investor asing merasa sangat nyaman berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus, dan di tahun 2011 perekonomian Indonesia akan semakin membaik.
Menjelang awal tahun baru 1992, berbagai ramalan tentang kondisi ekonomi Indonesia pada masa mendatang menarik perhatian khalayak ramai. Namun, di sisi lain, orang awam malah bingung dengan beberapa ramalan ekonom tersebut. Doktor Sadli mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 1991 mencapai 6%. Sedangkan Dr. Syahrir menyebutkan 5,8%, angka yang lebih pesimistis dari Sadli. Hal demikian memang bisa saja terjadi karena setiap ahli ekonomi mempunyai asumsi-asumsi tertentu. Yang paling unik dan menarik adalah pendapat Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Dalam rapat anggota Induk Koperasi Pegawai Negeri, belum lama, ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia pada 1991 sampai 1992 akan sulit. Namun, Sumitro optimistis, ekonomi Indonesia akan bangkit pada 1993 nanti. Oleh Sumitro, ramalan itu didasarkan pada "teori kongjungtur" atau siklus ekonomi Juglar. Dengan menggunakan teori itu, maka ekonomi Indonesia, yang mengalami pertumbuhan yang tinggi pada 1988-1990, akan mengalami penurunan pertumbuhan pada 1992 dan semester I tahun 1993. Tapi, pada pertengahan 1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bangkit kembali. Ada beberapa teori siklus ekonomi yang terbaca dalam literatur-literatur ekonomi, yaitu siklus ekonomi yang diciptakan Juglar (1889), termasuk dalam siklus ekonomi jangka menengah, yaitu 711 tahun. Masih ada dua jenis siklus ekonomi lagi, yakni ciptaan Kitchen (1923), yang merupakan siklus jangka pendek 34 tahun, dan siklus ekonomi ciptaan Kondratief (1926), yang merupakan siklus ekonomi jangka panjang atau rata-rata 20 tahun. Di sini muncul pertanyaan, apakah menurut pengalaman sejarah, ekonomi Indonesia mengikuti siklus Juglar, bukan siklus Kitchen, atau Kondratief? Nah, kalau pola siklus Juglar yang berlaku bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mungkinkah pola yang sama akan terulang pada masa depan? Agaknya, substansi pola siklus Juglar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia itu pantas dikaji lebih lanjut oleh para pakar ekonomi Indonesia. Seorang ekonom "neo-klasik" sejati akan selalu optimistis terhadap masa depan. Aliran "neo-klasik" selalu optimistis terhadap perekonomian. Sebab, setiap arah penurunan kegiatan ekonomi akan selalu ada yang mampu mengangkatnya kembali dengan berbagai inovasi. Ramalan Dr. Sumitro, tentang bangkitnya kembali ekonomi Lndonesia pada pertengarhan 1993, ce~ndrung membawa dampak psikorogis sosial yang positif: menenangkan masyarakat yang sedang cemas karena berbagai berita tentang kesulitan ekonomi Indonesia saat ini. Namun, di sisi lain, yang lebih penting dan berarti bagi seluruh masyarakat adalah kebijakan Pemerintah dalam menstabilkan perekonomian nasional. SETIABUDI Jalan Penjalu 2 Kediri -- 64121 Jawa Timur
Sumber : kecerdasanmotivasi.wordpress.com
Tempo online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar